Sunday, 10 April 2016

Dakota RI-002 Pesawat Penerbangan Niaga Pertama Indonesia


Dakota RI-002 Pesawat  Penerbangan Niaga Pertama Indonesia

Beberapa waktu kemudian BKR berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), pada tanggal 5 Oktober 1945. Pasukan udara ketika itu bernama TKR jawatan penerbangan di bawah Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.
Pada tanggal 23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara. Maka pada tanggal 9 April 1946, TRI jawatan penerbangan dihapus, lalu diganti dengan nama Angkatan Udara Republik Indonesia, dan hari itu kini diperingati sebagai hari kelahiran TNI AU.
Sejarah perjuangan AU tidak melulu berkaitan dengan perjuangan fisik, tetapi mereka juga memiliki peran dalam perjuangan diplomatis. Misalnya menyiapkan angkutan pesawat perintis untuk mengangkut barang, pasukan, para diplomat, saudagar, hingga mengantar Presiden Soekarno keliling ke daerah-daerah.
Orang sudah banyak tahu kisah heroik Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani, dan Kadet Sutarjo yang berhasil menerbangkan dua pesawat Cureng dan Guntei. Dengan dua pesawat itu para kadet mengebom dan meluluh lantakan lokasi pertahanan Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa. Tetapi bagaimana dengan peran mereka dalam perjuangan diplomatis?
Perjuangan diplomatis TNI AU tidak akan lepas dari peran sarana pesawat terbang. Nah, salah satu perjuangan AU ketika itu ialah melalui kegiatan penerbangan RI-002, nama pesawat jenis angkut sedang pertama yang di sewa pemerintah RI dari veteran penerbang Amerika Serikat.

Dalam buku Sejarah Operasi Penerbangan Indonesia periode 1945-1950 yang diterbitkan Dinas Sejarah TNI AU, disebutkan bila pesawat RI-002 ini milik seorang veteran penerbang Amerika Serikat bernama Robert (Bob) Earl Freeberg. 
Sebetulnya pesawat ini adalah pesawat bekas 'war-surplus' dari Pangkalan Udara Clark di Philipina, yang dibeli sekelompok kecil penerbang Amerika, hasil patungan seharga U$D 10 ribu. Berkat jasa Bob, pesawat ini bisa diterbangkan ke Indonesia sebagai sarana pengangkutan barang dan jasa.
Dua tahun paska kemerdekaan, pemerintah RI membutuhkan penerbang asing yang sanggup menerobos blokade Belanda. Dengan perantara seorang warga Birma bernama Savage, Bob Freeberg berkomunikasi dengan Opsir Udara III Muharto dan Dick Tamimi. Kesimpulanya Indonesia membutuhkan kegiatan angkutan udara, dan Bob menjadi pilot pesawat perintis pertama di Indonesia.
Bob menerbangkan pesawat dari Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta pada 1947 dengan rute tujuan pertama kali ke Singapura, melalui Bukittinggi. Dari Singapura dia kembali ke Manila, Pilipina, untuk mengambil pesawat miliknya, Douglas C-47 Skytrain atau RI-002, yang telah disetujui akan disewa pemerintah RI. Pesawat itu diambil secara diam-diam.
Awalnya kawan-kawan Bob tidak setuju, sehingga pesawat disembunyikan. Bob kebingungan, berusaha mencari, hingga akhirnya ketemu. Dia lalu membawa dua orang 'flight-engineer' kebangsaan Pilipina terbang ke Indonesia pada malam hari dengan dalih mengadakan uji terbang 'test-flight'. Ternyata itu sebuah tipu muslihat.
Maka, pada malam itu juga, Bob membawa pesawat R1-002 plus dua engineer ke Pangkalan Pesawat Terbang Maguwo, Yogyakarta. Itulah kisah RI-002, pesawat perintis pertama yang disewa pemerintah RI dari pilot Amerika.



Dakota RI-002
Versi : Merdeka.com
TNI AU hari ini berulang tahun ke-67. Kisah perjuangan TNI AU tak bisa lepas dari pesawat pertama mereka dengan nomor registrasi RI-002. Sengaja diberi nomor 002 karena nomor registrasi 001 disiapkan untuk pesawat kepresidenan yang akan dibeli dengan biaya sendiri. Sementara, RI-002 saat itu statusnya adalah pesawat charter.

Setelah menunggu sejak dua tahun, akhirnya niat membeli pesawat sendiri tercapai pada 1948. Pesawat Dakota RI-001 dibeli dengan biaya hasil dana 'fonds' Dakota yang dibentuk atas gagasan KSAU Komodor Udara S Suryadarma. Dana tersebut dikumpulkan oleh Biro Rencana dan Propaganda, Pimpinan Opsir Udara II Wiweko Supono, dibantu oleh Opsir Muda Udara III Nurtanio Pringgoadisurjo.

Kepala Biro Penerangan Opsir Muda Udara I J Salatun diberi tugas mengumpulkan dana dengan cara mengikuti Presiden soekarno ke Sumatra menggunakan pesawat RI-002. Kenapa Sumatra menjadi sasaran daerah propaganda dana Dakota? penyebabnya antara lain; karena teritorinya merupakan daerah perdagangan strategis, yang dimungkinkan dilakukan hubungan dagang dengan luar negeri.


Selain itu, potensi kekayaan alam yang letaknya strategi memungkinkan adanya pendapatan devisa dengan cara penyelundupan barang ke luar negeri. Penyelundupan terpaksa dilakukan karena ada blokade Belanda, sehingga perdagangan secara wajar tidak mungkin dilakukan. Karena lokasinya strategis, Sumatra tepat dijadikan sebagai sasaran dana Dakota.

Seperti tertulis dalam buku Sejarah Operasi Penerbangan Indonesia periode 1945-1950 yang diterbitkan Dinas Sejarah TNI AU, sasaran dana Dakota di antaranya daerah Lampung, Bengkulu, Jambi, Pekanbaru, Bukittinggi, Tapanuli dan Aceh.

Untuk mengumpulkan dana itu, soekarno berpidato pertama kali pada 16 Juni 1948 di Aceh Hotel, Kuta Raja, dan berhasil menggugah semangat rakyat Sumatra khususnya Aceh. Lalu panitia Dakota dibentuk, dan diketuai oleh Djunet Yusuf, Said Ahmad Al Habsji. Dalam tempo dua hari, masyarakat Aceh berhasil mengumpulkan uang 130.000 straits dollar.

Uang itu digunakan untuk membeli pesawat terbang AURI. soekarno menunjuk Opsir Udara II Wiweko Supono sebagai Ketua Misi Pembelian pesawat Dakota yang kemudian diberi nama RI-001. Berbekal pesawat itu dipimpin Wiweko, perintis Angkatan Udara, gencar terbang ke India dan Birma.

Bermodal RI-001 Seulawah, Wiweko Supono berhasil mendirikan perusahaan penerbangan niaga yang dikenal sebagai 'Indonesia Airways'. Pesawat RI-001 ini sekaligus menjadi pesawat Kepresidenan, dan digunakan pengangkut pejabat pemerintahan ketika kunjungan ke luar negeri atau ke daerah-daerah, misalnya ke Sumatra.

Kedatangan RI-001 ke Aceh merupakan bukti nyata bagi rakyat Aceh atas sumbangan lewat dana dakota tersebut. Sebagai bentuk rasa terima kasih dari pemerintah pusat maka 'joy-flight' pertama kali dilakukan di Aceh dengan penumpang para tokoh, pemuka, dan pedagang Aceh.


Dakota RI-002
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dakota RI-002 adalah salah satu pesawat udara yang memperkuat Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) pada awal kemerdekaan Indonesia. Pesawat angkut sedang jenis C-47 Skytrain atau Dakota (julukan dari RAF) buatan pabrikan Douglas Aircraft AS ini disewa dari seorang veteran penerbang Angkatan Laut Amerika Serikat, yaitu Robert "Bob" Earl Freeberg[1]. Freeberg adalah seorang mantan penerbang tempur Angkatan Laut Amerika Serikat saat Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, pria asal Kansas ini menjadi pilot carter CALI (Commercial Air Lines Incorporated) di Filipina. Suatu hari, dengan perantara seorang Inggris bernama Savage, Freeberg bertemu dengan seorang perwira AURI, Opsir Udara III Petit Muharto Kartodirdjo, yang sedang berada di Singapura untuk mencari pesawat bagi AURI dalam rangka perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tanpa banyak berpikir, Freeberg segera menyatakan kesediaannya membantu AURI.
Freeberg lantas membeli sebuah pesawat bekas 'war-surplus' dari Pangkalan Udara Amerika Serikat Clark di Filipina. Freeberg menerbangkan pesawat dari Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta pada 1947 dengan rute tujuan pertama kali ke Singapura, melalui Bukittinggi. Dari Singapura dia kembali ke Manila, Filipina, untuk mengambil pesawat miliknya, Douglas C-47 Skytrain atau RI-002, yang telah disetujui akan disewa pemerintah RI. Pesawat itu diambil secara diam-diam.
Awalnya kawan-kawan Bob tidak setuju, sehingga pesawat disembunyikan. Bob kebingungan, berusaha mencari, hingga akhirnya ketemu. Dia lalu membawa dua orang 'flight-engineer' kebangsaan Filipina terbang ke Indonesia pada malam hari dengan dalih mengadakan uji terbang 'test-flight'. Ternyata itu sebuah tipu muslihat.

Maka, pada malam itu juga, Bob membawa pesawat R1-002 plus dua engineer ke Pangkalan Pesawat Terbang Maguwo,Yogyakarta. Itulah kisah RI-002, pesawat perintis pertama yang disewa pemerintah RI dari pilot Amerika Serikat.

No comments:

Post a Comment