Pesawat terbang jenis Nishikoren di terbangkan pertama oleh cipto yang di juluki pesawat peti mati oleh penerbang Inggris
Pada tanggal 10 Oktober
1945 cipto berhasil menerbangkan pesawat jenis Nishikoren yang dicat merah
putih dari Tasikmalaya ke Maguwo,
Adisucipto
(Adisutjipto) lahir tanggal 4 Juli 1916 di Salatiga, Jawa
Tengah. Otaknya encer dan. Lulus dari Algemene Middelbare School (AMS) Semarang
tahun 1936, dengan prestasinya di sekolah
tersebut sangat memuaskan dia ingin melanjutkan masuk Akademi Militer Belanda
di Breda. Namun ayahNya menyarankan Adisutjipto masuk Geneeskundige Hooge Shool
(Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta. Tjipto diam-diam mengikuti tes dan
diterima di Militaire Luchtvaart Opleidings School atau Sekolah Penerbangan
Militer di Kalijati Subang. Tjipto lulus lebih cepat dan mendapat nilai yang
sangat baik. Dia berhak menyandang pangkat letnan muda udara. Tjipto juga
mendapat brevet penerbang kelas atas. Konon dialah satu-satunya orang Indonesia
yang saat itu mempunyai brevet penerbang kelas atas.
Dalam buku Bakti TNI Angkatan Udara 1946-2003 ditulis Tjipto kemudian mendapat tugas di Skadron Pengintai di Jawa. Saat Jepang mengalahkan Belanda, seluruh penerbang Belanda dibebas-tugaskan.Tjipto kembali ke Salatiga dan bekerja sebagai juru tulis.Di kota ini pula Tjipto menyunting seorang gadis bernama Rahayu.
Setelah kemerdekaan, tanggal 5 Oktober 1945 juga dibentuk Tentara Keamanan Rakyat Jawatan Penerbangan. Surjadi Suryadarma yang memimpin jawatan ini memanggil Adisutjipto untuk membantu membentuk angkatan udara. Kondisi angkatan udara saat itu sangat memprihatinkan. Tidak ada pilot, tidak ada mekanik pesawat, tidak ada dana, hanya ada beberapa pesawat tua peninggalan Jepang.
Tapi Adisutjipto nekat menerbangkan pesawat-pesawat itu. Tanggal 10 Oktober 1945 dia berhasil menerbangkan pesawat jenis Nishikoren yang dicat merah putih dari Tasikmalaya ke Maguwo, Yogyakarta. Tanggal 27 Oktober 1945 dia berhasil menerbangkan pesawat Cureng berbendera merah putih di sekitar Yogya. Bukan tanpa maksud Tjipto melakukan itu. Hal ini dilakukannya untuk memompa semangat perjuangan rakyat.
Tanggal 1 Desember 1945,
Adisutjipto dan Surjadi Suryadarma mendirikan sekolah penerbang. Lagi-lagi
dalam situasi serba kekurangan. Tjipto menjadi instruktur, sementara Surjadi
mengurus administrasi. Angkatan pertama, ada 31 siswa yang mengikuti sekolah
penerbangan itu. Hanya bermodal pesawat tua tidak menyurutkan langkah para
perintis TNI AU ini untuk belajar.
"Kalian menerbangkan peti mati," ujar para penerbang Kerajaan Inggris yang mengunjungi Lanud Maguwo Yogyakarta tahun 1945. Para penerbang itu geleng-geleng melihat deretan pesawat Cureng buatan Jepang yang jumlahnya tidak seberapa di landasan pacu. Pesawat Cureng itu buatan tahun 1933, beberapa kondisinya jauh dari layak. Karena itu tidak salah jika pilot Inggris menyebutnya peti mati terbang.
"Kalian menerbangkan peti mati," ujar para penerbang Kerajaan Inggris yang mengunjungi Lanud Maguwo Yogyakarta tahun 1945. Para penerbang itu geleng-geleng melihat deretan pesawat Cureng buatan Jepang yang jumlahnya tidak seberapa di landasan pacu. Pesawat Cureng itu buatan tahun 1933, beberapa kondisinya jauh dari layak. Karena itu tidak salah jika pilot Inggris menyebutnya peti mati terbang.
Tapi Kepala Sekolah
Penerbang Maguwo, Komodor Adisutjipto, cuek saja mendengar ucapan tentara
Inggris itu. Kadet-kadet sekolah penerbang itu mencatat prestasi membanggakan.
Bukan hanya mencatat zero accident, Suharnoko, Harbani, Soetardjo Sigit dan
Moeljono berhasil mengebom tangsi-tangsi Belanda di Salatiga, Ambarawa dan
Semarang.
Tahun 1947, Adisutjipto
dan rekan-rekannya ditugasi pemerintah RI untuk mencari bantuan obat-obatan
bagi Palang Merah Indonesia. Bantuan didapat dari Palang merah Malaya,
sementara pesawat angkut Dakota VT-CLA merupakan bantuan dari saudagar di
India. Penerbangan dilakukan secara terbuka. Misi kemanusiaan ini telah
mendapat persetujuan dari Belanda dan Inggris.
Namun tanggal 29 Juli
1947, saat pesawat hendak mendarat di Maguwo, tiba-tiba dua pesawat pemburu
Kitty Hawk milik Belanda muncul. Pesawat pemburu tersebut langsung menembaki
Dakota yang ditumpangi Tjipto dan rekan-rekannya. Pesawat jatuh dan terbakar,
Tjipto dan tujuh rekannya gugur. Hanya satu yang berhasil selamat. Entah apa
maksud Belanda melanggar kesepakatan, namun diduga karena ingin membalas
serangan kadet-kadet Indonesia yang mengebom tangsi Belanda.
Adisutjipto baru berumur
31 tahun saat gugur. Keberanian dan semangatnya terus diceritakan dari generasi
ke generasi. Memotivasi para penerbang TNI AU untuk melakukan hal serupa. Atas
jasa-jasanya pemerintah memberikan gelar Bapak Penerbang Republik Indonesia
pada Adisutjipto. Lapangan Udara Maguwo pun diubah namanya menjadi Lanud
Adisutjipto
Sumber : Buku Bakti TNI
Angkatan Udara 1946-2003 ditulis Tjipto
No comments:
Post a Comment